By: E. Turillazzi, P. Greco, M. Neri, C. Pomara, I. Riezo, V. Fineschi
LATAR BELAKANG
Begitu banyak kelompok individu yang berisiko mengalami reaksi lateks anafilaksis selama prosedur bedah dan medis. Salah satu di antaranya adalah kelompok yang bekerja di bidang ilmu kandungan dan kebidanan. Prosedur terkait kandungan dan kebidanan berkontribusi sekitar 50% dari semua reaksi lateks.
GAMBARAN UMUM
Penulis meneliti alergi lateks yang tidak terdiagnosis pada seorang ibu hamil berusia 33 tahun yang mengalami reaksi lateks anafilaksis selama menjalani operasi caesar. Saat menjalani pembedahan, sehari setelah operasi caesar, dia kembali mengalami reaksi lateks anafilaksis yang menyebabkan serangan jantung. Pasien diketahui tidak memiliki alergi lateks sebelum menjalani operasi caesar ketiganya dan bedah lanjutan setelahnya. Penyebab kematiannya dilaporkan adalah syok anafilaksis fatal yang disebabkan oleh lateks. Penelitian ini mengamati semua faktor yang dapat berkontribusi pada alergi lateks tidak terdiagnosis dan faktor yang menyebabkan risiko tinggi reaksi lateks pada pasien dokter kandungan dan kebidanan.
HASIL
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pasien dokter kandungan dan kebidanan berisiko sedemikian tinggi mengalami anafilaksis lateks. Perempuan secara alamiah rentan terhadap benda-benda NRL (Lateks Karet Alam) di tempat kerja dan kehidupan sehari-hari. Faktor lainnya adalah paparan lateks pada saat pemeriksaan vagina dan persalinan vagina melalui kontak mukosa. Terakhir suntikan oksitosin untuk meningkatkan kontraksi rahim dapat berpotensi menyebabkan terlepasnya fragmen lateks dari rahim ke aliran darah.
KESIMPULAN
Dokter disarankan untuk mengamati beberapa faktor medis pada pasien mereka sebelum menjalankan prosedur kebidanan dan kandungan. Pasien yang pernah menjalani beberapa prosedur bedah serta pasien yang mengidap alergi buah (seperti chestnut, buah ara, pisang) berisiko lebih tinggi terserang alergi lateks. Syok anafilaksis yang disebabkan lateks sulit untuk didiagnosis karena begitu banyak indikator yang identik dengan indikasi klinis lainnya, dan karena serangan tertundanya setelah prosedur bedah dimulai.