Kami memilih untuk tidak menguji coba peralihan ke sarung tangan bebas lateks karena persepsi manfaatnya lebih penting dari risiko yang ada dan keterlambatan waktu. Kami pun memberikan edukasi dan sarung tangan baru kepada staf agar mereka dapat mencoba dan membandingkan dengan produk yang ada. Poster berwarna yang dilaminasi dipasang di sekeliling departemen sebagai persiapan untuk memberikan waktu kepada perawat dan dokter untuk mempertimbangkan perubahan tersebut. Persediaan lengkap sarung tangan bedah bebas lateks di rak diadakan dalam 4-6 minggu sejak ragam sarung tangan lama habis.
Umpan baliknya positif, dan kotak khusus ‘bebas lateks’ akhirnya tidak diperlukan lagi.Rachael Hedler selalu bermimpi menjadi seorang perawat. Setelah ia dilahirkan prematur, keluarganya sering mengajak Rachael mengunjungi perawat yang menanganinya selama diopname di ruang unit perawatan intensif baru lahir (NICU). Selama kunjungan tersebut, para perawat sering menyemangatinya untuk juga menjadi seorang perawat.
Hedler mendengarkan saran mereka dengan selalu merawat anggota keluarganya saat terluka dan ditunjuk menjadi perawat siswa di bangku kelas tiga SD. Impiannya mulai menjadi nyata saat ia mendaftar masuk program keperawatan di Walla Walla Community College di Washington dan memperoleh gelar Diploma di bidang Keperawatan.
Setelah lulus, Hedler bekerja di sebuah klinik dan industri layanan kesehatan rumah tangga. Dia juga mendapatkan pekerjaan di bagian bedah rawat jalan sebagai perawat pembantu bedah dan perawat persiapan pembedahan. Dia merencanakan suatu dapat memperoleh sertifikasi CRNFA.
“Saya ingin menjadi perawat di ruang operasi,” ujar Hedler. “Itu pekerjaan impian saya.”
Sayangnya, ia harus menahan dulu upaya mengejar mimpi, saat dia mengamati adanya ruam pada bagian tangan dan lengannya, yang kulitnya ditutupi oleh sarung tangan bedah. Dia sudah memakai sarung tangan bedah selama empat bulan tanpa mengalami reaksi apa pun.
Gejala yang timbul mendadak dan terus memburuk tersebut membuatnya khawatir. Dia harus sering mondar-mandir ke UGD, berkonsultasi dengan berbagai dokter dan setuju untuk melakukan tes darah
Akhirnya, uji tempel untuk kulit yang alergi memastikan bahwa Hedler alergi terhadap akselerator kimiawi. Dokter memberikan literatur tentang alergi zat kimia, yang mencakup sekitar 30 persen penyakit kulit yang terjadi di tempat kerja. Dan alergi ini menjadi penyebab ketidakmampuan bekerja terbesar kedua yang dilaporkan kepada OSHA.
Hedler mengaku dia begitu terpukul saat mengetahui bahwa sarung tangan bedah seperti yang ia pakai di ruang operasi mengandung akselerator kimiawi.
Setelah alerginya teridentifikasi, ia berhenti bekerja sebagai perawat pembantu bedah dan bekerja sebagai perawat persiapan pembedahan. Dia juga mengonsumsi steroid untuk membantunya mengendalikan gejala dan mencari sarung tangan bedah yang tidak mengandung akselerator kimiawi.
Pencariannya berlanjut hingga perwakilan Henry Schein menyarankan agar dia menggunakan sarung tangan neoprene Ansell, DermaPrene® Ultra. Sarung tangan ini aman untuk petugas kesehatan profesional dan pasien yang sensitif terhadap lateks (Tipe I) dan sensitif terhadap zat kimia (Tipe IV).
“Saya menggunakan sarung tangan untuk tugas-tugas seperti mempersiapkan pasien yang akan menjalani operasi bedah dan melakukan pemasangan infus,” kata Hedler. “Saya baru berusia 26 tahun saat tahu bahwa saya menderita alergi akselerator kimiawi dan khawatir bahwa saya harus berganti profesi. Dengan sarung tangan DermaPrene® Ultra, saya dapat terus bekerja sebagai perawat.”
Sarung tangan merupakan salah satu dari banyak produk di industri layanan kesehatan yang mengandung akselerator kimiawi. Zat tersebut ditemukan di alat suntik, penyumbat botol obat, dan berbagai perlengkapan medis lainnya.
Hedler menyebarluaskan informasi tentang alergi akselerator kimiawi dan sarung tangan DermaPrene® Ultra di papan pesan anggota Asosiasi Perawat Terdaftar Perioperatif (AORN). Dia juga berbicara di depan perawat lain saat mengikuti konferensi.
“Setelah saya mulai menggunakan sarung tangan Ansell, saya ingin membantu petugas kesehatan lainnya agar mereka dapat terus bekerja,” tegasnya.
Hedler memakai sarung tangan pemeriksaan nitril merah muda Ansell Micro-Touch® NitraFree™ saat dia memerlukan sarung tangan non-steril. Sarung tangan Micro-Touch® NitraFree™ tidak mengandung akselerator kimiawi berbasis sulfur guna membantu melindungi petugas kesehatan profesional dari alergi Tipe I dan Tipe IV.
“Saya yakin kasus alergi akselerator kimiawi terus bertambah di komunitas layanan kesehatan, tetapi orang sering berpikir mereka alergi lateks atau mengalami ruam yang tidak dikenal,” kata Hedler.
Dia terus memberikan edukasi tentang alergi akselerator kimiawi serta menghubungi perusahaan produk bayi dan memasak serta produsen pakaian yang menawarkan produk yang mengandung akselerator kimiawi.
“Saya ingin dapat menyentuh pegangan panci dari karet atau membeli bra yang tidak mengandung akselerator kimiawi,” kata Hedler. “Saya yakin kejadian alergi akselerator kimiawi akan terus bertambah karena orang makin banyak terpapar zat tersebut. Saya senang bisa memakai sarung tangan Ansell tanpa cemas dengan reaksi alergi dan dapat terus bekerja sebagai perawat di ruang operasi.”
Sejak itu Ansell mengganti nama sarung tangan DermaPrene® Ultra menjadi sarung tangan GAMMEX® Non-Latex dan telah memperkenalkan GAMMEX® Non-Latex Sensitive Gloves, yang lebih tipis dan memiliki rabaan lebih baik. Kedua jenis sarung tangan itu tetap bebas akselerator kimiawi.